Engkau kira aku anak kecil, ibu, tetapi engkau keliru, karena aku adalah Noto, tukang batu, dan aku berusia tiga puluh tahun.
Tiap pagi aku naik kereta dan pergi ke kota dan aku susun batu demi batu dengan kapur dan semen dan mendirikan tembok seperti gambar menangkap aku.
Engkau kira aku bermain rumah-rumahan dengan kerikil dan batu-batu, tetapi aku katakan kepadamu aku mendirikan rumah sungguh-sungguh.
Ini bukan rumah-rumah kecil karena aku dirikan tiga tingkat dan tiang-tiang yang kuat.
Tetapi bila engkau tanyakan kepadamu mengapa aku berhenti di sana dan mengapa aku tiada melanjutkan membangun tingkat demi tingkat sehingga atapnya mencapai bintang-bintang, aku yakin aku tiada dapat mengatakan kepadamu dan aku meherani diriku sendiri mengapa aku akan berhenti di mana saja pada segala.
Aku naiki perancah jika saja aku suka dan ini adalah kegembiraan yang lebih besar daripada hanya bermain-main. Aku mendengar pekerja-pekerja lelaki dan perempuan bernyanyi-nyanyi dalam bekerja dan memalu dan meratakan atap, gerobak-gerobak berderak-derak sepanjang jalan-jalan, dan musik jalan dari pedagang-pedagang dan penjual-penjual barang logam dan buah-buahan; pada petang hari kanak-kanak lari pulang dari sekolah dan gagak-gagak terbang berkoak-koak ke sarangnya.
Engkau tahu, Ibu, aku tinggal di dusun kecil di tepi telaga.
Tetapi bila engkau tanyakan kepadaku mengapa aku tinggal dalam sebuah gubuk beratap jerami sedangkan aku bisa mendirikan rumah-rumah besar dari batu dan mengapa rumahku tidak akan yang terbesar dari semuanya, aku yakin aku tiada dapat mengatakan kepadamu.
Rabindranant Tagore
0 comments:
Post a Comment